(Horror Story) Original Art And Story

Kau berjalan tanpa arah. Mata mu tidak bisa mellihat apapun. Itu adalah sebuah tempat yang gelap.
Kau tidak mengerti mengapa bisa terperangkap di sana. Namun tidak ada cara lain, kau harus tetap berjalan. Kau baru menyadari jika tanganmu memegang sebuah pisau kecil.

 https://scontent-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xpa1/t31.0-8/10991512_782391538509619_7079200080647966299_o.jpg?efg=eyJpIjoiYiJ9


Kau tidak mengetahui ukuran pastinya, kau hanya bisa merasakan gagang kayunya yang kecil dan ujung pisaunya yang dingin. Dan kau mulai berjalan cepat.

Semakin cepat langkah mu, semakin sesak pula napas mu. Kau tidak mengerti apapun, hingga kau menemukan setitik cahaya di sebelah kanan tempat mu berdiri. Kau berjalan ke arah cahaya itu. Hingga kau menemukan sebuah ruangan kosong yang terang.

Tiba-tiba muncul sosok yang tidak asing bagimu. Itu adalah sosok yang selama ini kau lihat di pantulan cermin, ketika kau berdiri tepat di depan cermin.
Sosok itu adalah dirimu, namun ada yang berbeda. Ia merangkak dan meraung, dengan perutnya yang sangat buncit. Kemudian ia berteriak, “Lapar…!” hingga sosok itu menyadari keberadaanmu.

 Sosok itu menunjuk ke arahmu dan menyeringai. Sebelum kau sadar bahwa kau juga sedang merangkak dan meraung, memakai baju yang sama dengan sosok itu dan menunjuk ke arahnya, bagai melakukan perbuatan yang sama.

Kau menutup mata, berharap agar semua ini menghilang, namun ketika kau membuka mata, kau masih berada di ruangan itu. Masih dengan dirimu yang lain, yang kini mengerang sambil berteriak lapar. Ketika kau melihat ke bawah, kau menemukan pisau yang sedari tadi kau bawa.
Kau mengambilnya, dan menusuk telapak tanganmu sambil memejamkan mata. Kau ingat bahwa rasa sakit bisa mengembalikan kesadaran. Rasa sakit disertai dingin, lalu kemudian hangat.
Kau mengingat pernah tertusuk paku ketika berjalan memakai sandal yang tipis. Kau ingat rasanya. Namun rasa sakit pada tanganmu, sepertinya tiga kali lipat lebih parah dibandingkan tertusuk paku.

Kau membuka mata dan kembali ke dalam kegelapan pekat. Kau merasakan betapa kegelapan lebih baik daripada yang lainnya. Itu seperti menyembunyikan noda hitam yang tertinggal di kaos putih yang kau pakai.
Kali ini kau melangkah dengan ragu, kau bahkan takut menemukan cahaya, kau takut menemukan ‘dirimu’ yang menampakkan perilaku jahat.
Tapi kau tidak bisa apa-apa. Kau tidak punya pilihan. Kau mulai berpikir ini seperti permainan. Jika kau berhasil melewati semua ruangan-ruangan
terang tempat sosok aneh dari dirimu itu berada, kau akan lolos.

Cahaya mulai kembali terlihat. Ragu dan takut menyelimuti dirimu, namun kau memang tidak punya pilihan. Kau mendatangi cahaya.

Ruangan terang kembali muncul. Kau melihat ke sekeliling. Tidak ada dirimu yang lain kecuali sebuah layar besar. Layar yang mirip dengan bioskop--tempat yang biasa kau datangi bersama teman ataupun keluarga. Kini kau merindukan teman dan keluargamu. Kau merasa sangat sendirian dan ingin pulang. Kau merasa sangat takut.

Layar besar di hadapanmu memunculkan sesuatu. Dimulai dengan sebuah hitung mundur selama 5 detik. Kau menunggu. Kau penasaran dengan apa yang ingin ditampilkan layar besar itu. 
Kini muncul suara tangis bayi. Kau dapat mendengarnya dengan jelas. Disertai cuplikan seorang ibu menggendong anaknya. Kau maju ke dekat layar, merasa tak asing dengan muka si ibu.

Itu adalah wajah ibumu yang lebih muda beberapa tahun dari sekarang. Dia tersenyum sambil menggendong. Menggendong bayi yang memiliki raut wajah mirip denganmu. 
Yang kau ingat ada di album keluarga dan ditulis atas namamu. Sekarang kau yakin bahwa bayi itu adalah dirimu. Kau tersenyum. Lalu film berganti. Suasana menunjukkan bangunan yang kau kenal baik. Itu adalah sekolahmu. Dengan kau yang memakai seragam, di kelilingi beberapa teman.

Adegan selanjutnya kau merasa dejavu. Itu adalah ketika kau menghina seorang anak di sekolahmu. Kau berkata “Gendut! Jelek! Mati saja?!” kemudian kau tertawa dan berlalu. Adegan di pindahkan ke sebuah rumah kumuh. 
Lalu masuk ke dalam kamar di dalam rumah kumuh tersebut. Di dalam kamar ada anak yang kau hina. Ia tergeletak di lantai dengan pisau di tangan dan leher yang bersimbah darah. Bisa kau simpulkan kalau anak itu bunuh diri. Dan kau tidak pernah mengetahui itu. Bahkan ketika kau ingat ada saat-saat sekolah dipulangkan cepat, kau hanya berpikir bisa main sebelum pulang ke rumah. Kau baru ingat jika seorang guru ada yang menyebut-nyebut bunuh diri dan semacamnya ketika itu. Tapi kau tak peduli, kau hanya peduli pada dirimu.

Adegan berganti dengan wajah teman-teman yang tak asing. Itu cuplikan di mana kau selalu merepotkan mereka. Kau melihat adegan ketika kau memaksa agar dibelikan makanan oleh temanmu. Padahal kau tahu, uangmu lebih banyak dari dia. Namun kau memaksa agar dia membelikan, sebagai awal pertemanan yang baik, katamu. Lalu film berganti ke rumah yang kau kenal, rumah milik temanmu. Rumahnya gelap, sepertinya sedang malam hari, namun kau bisa melihat sekelebat bayangan yang kau pastikan itu adalah temanmu. Teman yang kau paksa membelikan makanan.

Dia berjalan ke arah kamar, membuka laci perlahan, dan mengambil segenggam uang. Kau baru ingat ketika kau meminta dibelikan makanan, ia meminta waktu sampai besok karena benar-benar tidak punya uang lebih saat itu. Dan kau tidak sadar bahwa ia harus mencuri untuk memenuhi keinginanmu, sebagai anak populer yang meraih peringkat dengan mendekati guru. Kau memang pintar, dan kau merasa bisa mengendalikan semua orang.

Adegan berikutnya berganti ke sebuah taman bermain. Dengan kau dan beberapa temanmu. Kau menjadi pemimpin kelompok dan menentukan ke mana rute bermain kalian. Tidak ada yang boleh berpencar, semua harus mengikuti keinginanmu. Bahkan ketika kau berjalan semakin jauh ke arah belakang taman bermain, dan melihat sebuah wahana yang ditutupi kain hitam di beberapa sisinya. Wahana itu berbentuk seperti rumah hantu. Kau merasa ini konyol karena tidak ada penjaga di depannya. Kau merasa taman bermain ini sangat jelek dan tidak menarik. Namun entah mengapa kau tertarik untuk masuk ke dalam wahana hitam itu. Dan kau melihat papan nama di depan wahana.

Adegan selanjutnya adalah kau masuk ke dalam wahana dan menghilang. Beberapa dari temanmu bertanya-tanya tentang kehadiranmu. Hingga yang satu berkata, “Kita bisa bilang bahwa kita berpencar dengannya dan dia menghilang begitu saja. Ini bagus bukan? Kita bisa menaiki wahana yang kita mau dengan bebas!”

Sekarang kau ingat semuanya. Kau ingat betapa sombongnya dirimu saat melangkah masuk ke sebuah wahana yang disebut “Refleksi Hampa”. Kau mengejek teman-temanmu yang lain, yang sudah dengan setia mengikuti ke manapun kau pergi. Meski mereka kadang tak setuju, tapi mereka tetap memasang raut bahagia, seakan setuju atas keputusanmu. 
Hingga kau berkata “Pengecut!” ke arah mereka karena tidak mau masuk wahana ini. Sekarang di sini lah kau berada, menonton tampilan dari dirimu yang sebenarnya. Melihat teman-temanmu ‘Bahagia’ tanpa dirimu. Menyadari bahwa mereka benar-benar melupakanmu, seperti kau melupakan perbuatan baik mereka dan hanya mengingat perbuatan buruk mereka terhadapmu.

Kau mencoba menusuk pahamu. Itu bukan bagian vital dan kau tahu itu. Tapi sekarang kau mulai merasa pusing. Kau pasti sudah kehilangan cukup banyak darah. Kau mengira bisa keluar dan kembali ke kegelapan, maka dari itu kau menutup mata. Namun ketika kau membuka mata, kau masih berada di sana. Film yang diputar di layar masih menampilkan bagian-bagian lain dari dirimu. Dan kau tidak bisa menghentikan itu. Hingga kau menyadari satu hal.

Kau tidak bisa keluar dari sana. Kau lebih baik mati.

-Lucifer-

0 Response to "(Horror Story) Original Art And Story "

Posting Komentar